Pages

Ads 468x60px

Labels

EL on twitter(´⌣`ʃƪ)


Got My Cursor @ 123Cursors.com

Featured Posts

11/09/2012

Akhir Cerita Cinta


Heyawh guys. Ini gue ada cerita. Ntahlah, bagus apa nggak. Ini sebenernya tugas dari guru bahasa Indonesia, udah selesai, drpd mubazir mending gue post disini dah~
*bila ada kesamaan nama tokoh, tempat, alur, cerita, kejadian, mungkin hanya kebetulan semata* -_-
Okddd, check it out~
AKHIR CERITA CINTA
Karya : Marsella Angelia

"Semenjak ada dirimu, dunia terasa indahnya. Semenjak kau ada disini, ku mampu melupakannya." Hmm, itu adalah sepenggal lirik lagu kesukaanku untuk Jo, ya, Joshua Anago, sahabat terbaikku sejak SD. Tapi ntah lah, di akhir masa SMP, aku seperti memiliki rasa kepadanya, lebih dari sekedar sahabat.
"Pawww!" Begitulah caranya menyapaku. "Kenapa sih Jo, lo selalu manggil gue dengan sebutan itu?" Tanyaku dengan nada sedikit kesal. "Ya habis pipi lo mirip bakpao sihhh. Pawpawpaw!" Jawabnya sambil mencubit pipiku. Ya, memang alasan yang menyebalkan, tapi aku senang dengan cara khasnya memanggilku dengan panggilan khusus darinya itu. "Eh ntar pulang sekolah kita jalan ya, ke tempat biasa!" Ajaknya. "Oke, tapi abis itu anterin gue pulang ya." Jawabku. “Oke paw!” Balasnya.
Sepulang sekolah, kami langsung menuju ke Japan Restaurant, Pondok Indah Mall, tempat yang sering kami kunjungi. Jo sangat senang dengan mie ramen, alasannya karena ia suka sekali dengan tokoh Naruto, dan Naruto suka sekali dengan mie ramen. Ntahlah, memang aneh-aneh saja kelakuan sahabatku itu.
Kami pun mengelilingi mall seharian, tertawa bersama dan menceritakan segala hal bersama. Dia memang selalu membuatku merasa nyaman, dia selalu membuat duniaku terasa indah, dan hanya dia yang bisa membuatku melupakan sakit yang dulu ku rasa dengan seorang lelaki yang tak penting untuk diingat.
Hari sudah malam, ia pun mengantarku pulang ke rumah. "Sampai ketemu besok di sekolah, Paw!" katanya sambil mencubit pipiku, seperti biasanya. Lalu ia pun pulang kerumahnya.
Hari ini, hari yang sangat kami nanti-nantikan, hari pengumuman kelulusan SMP. Semua siswa sudah berkumpul di sekolah dengan wajah yang sangat tegang. Dan akhirnya diumumkan bahwa sekolah kami, SMP Negeri 1 Bandarlampung, lulus 100%. Siswa-siswipun langsung berteriak bahagia, termasuk aku, namun tidak dengan Jo.
"Jo jelek! Lo kenapa? Kok kayaknya lo gak seneng kita lulus? Kita bakal jadi anak SMA Jo! Kata orang-orang, masa SMA itu masa yang indah Jo! Kita pasti..."
"Paw,gue mau ngomong." Katanya sambil memotong pembicaraanku.
"Ngomong apasih?" Tanyaku heran. "Gue harus pindah ke Jakarta, gue gak SMA disini." Jawabnya dengan pelan. "Hah???" Balasku.
Ntahlah, rasa bahagia yang ku rasa tiba-tiba menghilang, hatiku terasa begitu sakit mendengar kabar itu. Jo sahabatku akan pergi meninggalkanku. Aku tak bisa lagi bersamanya. Aku akan kehilangannya sebelum aku memilikinya. Dia akan meninggalkanku disaat aku sudah merasa sangat nyaman dengannya. Tapi apa yang bisa ku perbuat? Aku tidak mungkin melarangnya. Ya, memang, aku hanya bisa membiarkannya pergi, tanpa memberitahu rasa yang selama ini ku pendam, sebuah rasa sayang yang lebih dari sekedar sahabat. Aku hanya bisa menahan air mataku. "Orangtua gue pindah kerja, jadi gue harus ikut mereka." Jelasnya. "Kapan lo pindah?" Tanyaku. "Gak tau, yang jelas, gak lama lagi" Jawabnya dengan pelan.
Malam ini, kami chatting menggunakan video call. Ya, itu memang kebiasaan kami dari dulu.
"Kau jaga slalu hatimu saat jauh dariku, tunggu aku kembali." Itulah lagu yang selalu dinyanyikannya saat kami videocall-an. Suaranya yang merdu, alunan gitarnya yang bagus, membuatku tambah nyaman dengannya. Aku pun tak bisa menahan kesedihanku setiap kali ia menyanyikan lagu itu.
Beberapa hari kemudian, ada pesan singkat yang masuk ke HP ku. "Paw! Bentar lagi pesawat gue take off. Gue pergi ya! Jaga diri lo baik-baik! Jangan bandel! Dan jangan pernah lupain gue ya! Semoga masa SMA lo menyenangkan! Gue sayang lo, Virbella Angelia. Makasih lo udah jadi sahabat terbaik gue selama ini! Bye!" Duaaarrr! Jantungku terasa seperti berhenti berdetak. Hati ku terasa sangat sakit membaca pesan dari sahabatku itu. Air mataku tak bisa berhenti mengalir. Sahabatku, yang mungkin juga merupakan lelaki yang ku cintai, sudah pergi jauh meninggalkanku. Aku tak bisa lagi berada didekatnya. Ntah lah, sangat sakit rasanya. "Iya jeleeek. Hati-hati ya! Gue pasti bakal jaga diri baik-baik kok! Semoga SMA lo juga menyenangkan ya. Gue juga sayang lo, Joshua Anago! Lo sahabat terbaik gue!" Balasku kepadanya.
Hari demi hari terasa sepi. Sekarang aku sudah menjadi siswi SMA. Kata orang, SMA adalah masa yang paling indah, tapi aku tidak merasakannya.  Tak ada yang spesial jadi anak SMA. Tak ada sahabat SMA yang bisa membuatku nyaman seperti Jo. Oh iya, sudah beberapa bulan aku tak berkomunikasi dengannya. Mungkin dia sibuk dengan urusannya, atau mungkin dia memang sudah melupakanku. Ntahlah, yang jelas, aku sangat merindukannya. Aku sangat merindukan gayanya memanggilku dengan panggilan khas darinya.
"Online skype sekarang ya, kita videocall-an, kayak biasa." Tiba-tiba pesan singkat itu sampai ke HPku. Aku terkejut. Jo, sahabatku, menghubungiku lagi. Aku langsung menghidupkan laptopku, online skype, dan videocall-an dengan Jo, seperti yang sering kami lakukan dulu.
"Especially for you, I wanna let you know what I was going through. All the time we were apart, I thought of you." Alunan suaranya dan petikan gitar yang merdu itu ku dengar kembali. Sama seperti dulu, sangat manis sekali, tak ada yang berubah. Kamipun berbicara sepanjang malam. Menceritakan segala hal yang kami rasakan semasa SMA. "Paw! Gue mau cerita. Gue lagi suka sama cewek nih. Doain gue semoga gue bisa jadian sama dia yah!" Duaaaarrr! Lagi-lagi dia membuat jantungku seperti tak berdetak. Ini adalah rasa sakit yang benar-benar sakit. Tapi aku memang tak berhak untuk marah, tak berhak untuk cemburu, karena aku hanya sekedar sahabatnya. "Oh ya? Semangat ya! Semoga lo bisa dapetin dia." Jawab ku dengan sok tegar. Hari sudah larut malam, kami pun menghentikan percakapan kami.
Berminggu-minggu ku lewati hari tanpa berkomunikasi dengannya. Ku maklumi, sekarang pasti dia sedang mengejar perempuan impiannya, dan tidak sempat lagi untuk menghubungiku.
Tiba-tiba ada telepon masuk di HPku. "Halo?" kataku. "Bella bakpao! Goodnews! Gue jadian sama Mona! Cewek yang waktu itu gue ceritain ke elo! Makasih ya atas doa lo! Gue seneeeng banget!" Kata Jo dengan girangnya. Ntah apa yang bisa ku katakan, yang jelas, hatiku sangat sakit. "Oh ya? Selamat ya." Jawabku sambil menahan sedih.
Sejak saat itu, Jo sering menghubungiku, bukan untuk menanyakan kabarku, tetapi untuk menceritakan semua tentang pacarnya itu. Ia begitu sering menceritakannya, tanpa tau rasa sakit yang selalu ku rasa setiap ia menyebut nama pacarnya itu.
Beberapa bulan berlalu, cerita Jo mulai berubah. Ia yang biasanya selalu menceritakan kebahagiaannya, kini malah selalu menceritakan kesedihannya. Ia mengatakan bahwa pacarnya selalu mengecewakannya, selalu membohonginya, dan gak pernah ngertiin dia. "Udah sih! Putusin aja dia! Ngapain lo mempertahankan cewek itu? Apasih bagusnya dia? Cantik juga nggak!" Kataku dengan lancang. Ntahlah, kata-kata itu begitu saja terlontar dari mulutku. Dan seketika, telponku dimatikan oleh Jo. Ternyata ia sangat marah padaku. Ia tidak suka jika aku menjelek-jelekan pacarnya. Aku tau aku salah, aku pun terus meminta maaf, tapi tak pernah digubris olehnya. Dan sejak saat itu, aku tak pernah lagi berkomunikasi dengannya.
Satu bulan dari kejadian itu, dia tiba-tiba menghubungiku lagi. Ya, memang seperti ini, dia selalu datang dan pergi secara tiba-tiba, tetapi aku selalu meresponnya, karena dia sahabatku, dan aku sangat menyayanginya.
"Paw, maaf ya, gue sempet marah sama lo. Maaf kalo gue gak pernah ngehubungin elo. Maaf kalo gue udah jahat sama lo. Ternyata lo bener. Cewek kayak Mona itu gak pantes buat dipertahanin. Gue sama dia udah putus. Dan gue gak mau lagi mikirin dia. Maaf kalo selama ini gue gak pernah dengerin elo. Lo mau kan maafin gue? Gue masih jadi sahabat lo kan?" Katanya melalui pesan singkat. "Iya gue maafin lo. Lo tetep jadi sahabat gue kok." Jawabku dengan singkat. Aku memang tak mungkin marah kepadanya, aku tak mungkin bisa membencinya, karena aku sangat menyayanginya, aku sangat mencintainya.
Sejak saat itu, hubungan kami mulai membaik. Kami kembali dekat seperti dulu lagi. Jo pun menghubungiku setiap hari, seperti dulu lagi. Hingga pada suatu malam, saat kami videocall-an, ia menyatakan perasaannya kepadaku, bahwa ternyata ia mencintaiku, ia ingin menjadi pacarku. Dan aku yang memang sudah lama mencintainya pun menerimanya. Kami pun menjadi sepasang kekasih. Aku hanya bisa berharap, bahwa indahnya persahabatan jangan sampai berakhir dengan sakitnya putus cinta.
Berbulan-bulan kami menjalani hubungan pacaran jarak jauh.
"Jarak bukan penghalang, selama kita masih memandang bintang yang sama, kita akan selalu merasa dekat." Itulah kata-kata yang selalu Jo ucapkan.
Memang, pacaran kami tidak seperti anak SMA lainnya, kami hanya bisa berkomunikasi lewat HP, bertatap muka dan melepas rindu lewat videocall. Tapi hal itu cukup membuatku bahagia.
Hari demi hari ku jalani dengan ceria, meskipun Jo tidak ada disampingku, tetapi ia selalu ada dihatiku. Ia selalu menemani hari-hariku, dan selalu membuat dunia terasa indah.
     "Paw! Kamu libur Natal ini kemana?" Tanyanya kepadaku. "Aku ke Jakarta, keluarga aku Natalan disana." Jawabku. "Okedeh! Aku tunggu disini ya! Kita ketemu disini! Aku bakal bilang ke mama papa aku kalo kamu bakal main kesini! Aku janji bakal ngajak kamu jalan-jalan di kota ini!" Katanya dengan gembira. Ya, sejak SD aku memang sudah sangat dekat dengan orangtuanya. "Oke jeleek." Jawabku. "Sipdeh! Jangan lupa bawain mie ramen kesukaan aku dulu ya, pipi bakpao!" "Iya jeleeeek!" Jawabku. Aku merasa sangat senang, aku gak sabar pengen cepet-cepet libur Natal dan pergi kesana, bertemu dengannya. Mungkin, bagi sepasang kekasih yang menjalani pacaran jarak jauh, sebuah pertemuan memanglah sangat berarti, sangat dinanti-nanti, dan sangat membahagiakan.
Dua minggu lagi libur Natal tiba, namun Jo malah menghilang begitu saja. Ia tak pernah menghubungiku. Aku tak tau apa yang terjadi padanya. Aku sedih, sebentar lagi rencana kami untuk bertemu akan tiba, tapi dia malah menghilang.
Dua minggu berlalu, Jo masih tidak menghubungiku. Aku tak tau apa yang sedang ku rasa. Senang, sedih, heran, bingung, semua menjadi satu. Hari ini, aku akan menuju ke Jakarta sendirian. Papa dan mama ku akan menyusul besok, karena mereka masih ada urusan. Sampai dibandara, aku mengirim pesan kepada Jo, "Jo, bentar lagi aku take off. Kamu jangan lupa jemput aku ya." "Iya.” Itu adalah balasan dari hpnya. Ntah kenapa, aku merasa aneh dengan pesan darinya itu. Aku merasa asing dengan gaya bahasa pesan itu, dengan ketikan pesan itu, seperti bukan Jo. Tapi, yasudahlah.
Pesawatku pun landing di Bandara Soekarno Hatta. Ya! Akhirnya! Aku tiba di Jakarta! Sebentar lagi aku akan ketemu Joshua Anago, sahabatku sekaligus laki-laki yang aku cintai! Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya, melepas semua rindu ini. Aku udah gak sabar dengerin cerewetnya dia! Aku udah kangen banget sama jahilnya dia, kangen kebiasaannya manggil aku dengan panggilan khas itu. Hmm, aku kangen banget sama semua tentang dia! Aku juga udah bawa mie ramen kesukaannya, dia pasti seneng banget!
Setengah jam aku nunggu di bandara, aku tak kunjung melihat sosok yang sangat ku nanti-nantikan. Jo mana? Apa dia lupa ngejemput aku? Apa dia sebenernya gak mau ketemu aku? Apa dia lupa sama janjinya? Ntahlah.
Tiba-tiba ada orang yang menepuk pundakku dari belakang, "Ayo Bella." Katanya.
"Ayo Jo!" Jawabku semangat. Saat aku menoleh kebelakang ternyata itu adalah papanya Jo, kedua orangtua Jo yang menghampiriku. "Eh om, tante, Jo mana? Aku udah gak sabar mau ketemu dia! Aku kangen sama dia! Dan ini aku udah bawain ramen kesukaannya, dia pasti seneng banget deh!" Kataku dengan penuh semangat. Namun rasa semangatku seketika berubah saat melihat raut muka mama nya Jo yang tampak sedih dan berbicara kepadaku dengan pelan "Bella, ayo ikut kami." Perasaanku menjadi tidak enak. Ada apa sebenarnya? Jo kemana? Jo, sahabatku, kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa mereka gak kasih tau aku dimana Jo?
Beribu pertanyaan berputar di otakku. Aku tak tau harus berbicara apalagi, aku bingung, aku hanya bisa diam, ikut dengan orangtua Jo yang entah membawaku kemana. Sepanjang jalan aku hanya diam sambil memegang ramen kesukaan Jo.
            Sampai tiba saatnya, mobil ini berhenti. Aku tersontak kaget. Aku semakin bingung. Jantungku pun berdegub kencang. Tubuhku terasa lemas. Pucat. Lesu. Apa yang telah terjadi? Mengapa mereka membawaku kesini? Apa maksudnya? Aku hanya bisa diam, dan turun dari mobil. Aku masih terus memegang ramen kesukaan Jo, aku gak mau ramen ini tumpah, karena Jo pasti bakal kecewa.
Orangtua Jo pun menuntunku ke suatu arah, dipojok paling kanan barisan paling depan di tempat itu.
Ya Tuhan, ukiran nama itu. Membaca tulisan itu air mataku sontak terjatuh, tubuhku terasa lemas, mie ramen yang ku pegang pun menjadi terasa berat, aku tak kuat. Petir yang sangat dahsyat serasa menyambar hidupku. Hatiku terasa sangat sakit. Aku gak percaya sama semua ini. Batu nisan itu, terukir nama sahabatku, nama orang yang ku cintai.
Jooooo! Kenapa kamu tinggalin aku? Kenapa secepet ini? Aku udah ada disini! Ini aku bawa mie ramen kesukaan kamu! Kamu juga janji bakal ajak aku jalan-jalan! Joooo! Ahhh. Ntah apa yang harus ku katakan. Tubuhku lemas, mulutku rasanya tak mampu lagi berbicara. Aku hanya bisa menangis sambil menjerit di dalam hati.
Lalu orangtua Jo pun menenangkanku, mereka menceritakan bahwa dua minggu yang lalu Jo kecelakaan dan meninggal ditempat. Sangat tragis katanya. Aku pun tak kuat mendengar itu semua. Hatiku seperti tersayat-sayat, perih sekali rasanya. Pertemuan pertama kami setelah sekian lama tidak bertemu, malah menjadi pertemuan terakhir kami.
"Hai Jo, ini gue, pipi bakpao. Lo denger gue kan? Eh iya, gue udah di Jakarta nih. Hmm, makasih ya lo udah jadi orang yang berarti banget buat gue. Makasih udah ngebuat dunia gue terasa indah. Gue sayang elo, Joshua Anago jelek. Jaga diri lo baik-baik disana ya." Ucapku dengan pelan, di samping nisan, di tempat peristirahatan terakhirnya.

Kenapa kisah persahabatan yang indah, memiliki akhir cerita cinta seperti ini, Jo?

9/19/2011

Gue puas pake KODAK EASYSHARE SPORT Camera

Splash! Whether it’s a dunk in the pool, a downpour on the hiking trail, or a spilled drink at the restaurant, life can catch you off your game. Be ready with the KODAK EASYSHARE SPORT Camera. Take a dip and take your best shot—up to 10 ft underwater. Check out the great outdoors without worrying about dirt, dust, and sand. Plus, wherever you go, your friends will wish they were there. With Kodak’s Share button you can tag pictures directly from your camera for e-mailing to friends or the KODAK PULSE Digital Frame or upload to KODAK Gallery[1], FACEBOOK, TWITTER, YouTube, FLICKR, ORKUT, YANDEX, and KAIXIN001 sites[2]. The dustproof, waterproof EASYSHARE SPORT. Just press to impress. So Kodak.
Kodak easyshare sport C123 adalah salah satu kamera underwater yang memiliki kualitas yang baik.
Dgn kualitas kamera 12 MP. Waterproof 3.0 meters. Bisa untuk video di bawah air. Meskipun air keruh dan gemuruh, hasil foto dan video tetep bagus, gak kalah sama SLR!
Gue udah nyoba hunting foto di bawah laut di karimun jawa. Ini dia hasil22 nya:

Snorkeling at KARIMUN JAWA






Hasil nya lumayan kan? Foto-foto diatas itu NO EDIT loh. Murni hasil jepretan KODAK C123. Selain buat di bawah air, kodak C123 ini juga bisa dipake didarat. Hasil nya juga gak kalah jernih.




Lumayan kan hasilnya?ehe~
"Siapapun gue, gue suka sebuah senyuman.
Siapapun lo, lo unik dengan cara lo sendiri,
don't be afraid to be different guys!"-OG`ʃƪ)